Senin, 04 April 2016

Makalah Etika, Estetika dan Peradaban



Makalah Etika
A.    Latar Belakang
Di zaman modern ini, masalah etika di Indonesia mulai mengalami penurunan. Sebagian besar masyarakat mulai mengabaikan persoalan erikanya. Terutama etika dalam pergaulan. Hal ini terjadi di akibatkan masuknya ajaran-ajaran barat yang akhirnya mengikis ada budaya masyarakat Indonesia secara perlahan-perlahan.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud. Nilai yang terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan semacamnya. Pada dasarnya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini.

B.     Rumusan Masalah
  1. Defenisi etika
  2. Pembagian etika
  3. Sistematika etika
  4. Pendapat dan aliran dalam etika
5.      A.    Pengertian Etika
6.      Etika adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikp dan dola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.
7.      Menurut Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan suatu ajaran.
8.      Moralitas adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan peraturan, perintah dan  semacamnya yang bersifat turun temurun.
9.      Jadi moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang bagaimana kita harus hidup sedangkan etika adalah perwujudan secara kritis dan rasional ajaran moral yang siap pakai itu.
10.  Pada dasarnya keduanya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan “inilah caranya harus melangkah”, Sedangkan  etika justru mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan cara ini dan mengapa harus dengan cara ini”

B.     Pembagian Etika
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma, kita menemukan 2 macam etika:
v  Etika deskriptif, berbicara mengenai fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya
v  Etika normatif, berbicara mengenai norma-norma yang menentukan tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma.
Perbedaannya adalah etika deskriptif memberi fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku dan sikap yang   mau diambil sedangkan etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka tindakan yang diputuskan.
Secara umum norma dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:
v  Norma khusus, contohnya bermain bola
v  Norma umum, terdiri dari:
Ø  Norma sopan santun, contohnya cara bertemu, makan, duduk dan sebagainya
Ø  Norma hukum, lebih tegas dan pasti karena dijamin oleh hukum terhadap para penggarnya
Ø  Norma moral, yakni aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia. Penilaiannya bukan berdasarkan profesi tetapi manusia yang menjalankan profesi tertentu.

C.    Sistematika Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi 2 kategori:
v  Etika umum, berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, mengambil keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu tindakan.
v  Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral dasar”
Ø  Etika individual, menyangkut kewajiban dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri
Ø  Etika sosial, berbicara mengenai kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota manusia

Makalah Estetika
1.Pengertian Estetika
Estetika adalah bagian dari kajian aksiologi yang secara khusus membicarakan tentang nilai keindahan.Estetika dengan demikian berarti kajian kefilsafatan tentang nilai keindahan.[1][5]

Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan seni. Secara sederhana diartikan estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimna seseorang bisa merasakan estetika sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang dinggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.

          Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk.

Istilah estetika muncul pertama kali pada pertengahan abad ke -18, melalui seorang filsuf Jerman, Alexander Baumgarten. Sang filsuf memasukkan estetika sebagai ranah pengetahuan sensoris, yaitu pengetahuan rasa yang berbeda dari pengetahuan logika, sebelum akhirnya ia sampai kepada penggunaan istilah tersebut dalam kaitan persepsi atas rasa keindahan, khususnya keindahan karya seni. Selanjutnya, Emmanuel Kant menggunakan istilah tersebut dengan menerapkannya untuk menilai keindahan, baik yang terdapat dalam karya seni maupun dalam alam secara luas.[2][6]
Estetika berasal dari kata aistheton atau aisthetikos, yang dalam bahasa Yunani Kuno berarti persepsi atau kemampuan mencerap sesuatu secara indrawi. Menurut plato, keindahan adalah realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Bagi Plato , keindahan itu merupakan pancaran akal ilahi. Bila yang hakikat ilahi itu menyatakan dirinya atau memancarkan sinarnya pada, atau dalam realitas penuh, maka itulah keindahan.
 Menurut Kant, keindahan itu merupakan sifat obyek bukan terletak pada subyek. [3][7]
Estetika adalah nilai-nilai indah dan jeleknya sesuatu. Perasaan estetis disebut pula sebagai perasaan keindahan. Perasaan keindahan ini biasa terungkap dalam seni, namun ada pula yang mengendap dalam diri menjadi cinta tanpa pamrih.

              Selanjutnya, nilai baik sebanding dengan nilai indah, tetapi kata” indah” lebih sering dikenakan pada seni, sedangkan “baik” pada perbuatan. Di dalam kehidupan, indah lebih berpengaruh ketimbang baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku. Orang yang tingkah lakunya baik(etika), tetapi kurang indah(estetika), akan dipilih belakangan, yang dipilih lebih dulu adalah orang yang indah, sekalipun kurang baik.[4][8]
Filsafat Estetika, kalau logika merupakan bentuk kemampuan manusia untuk dapat membedakan antara sesuatu yang benar dan tidak benar  dan etika merupakan kemampuan manusia untuk membedakan perilaku yang baik dan yang tidak baik maka adalagi kemampuan manusia untuk membedakan sesuatu yang indah dan sesuatu yang tidak indah.Keindahan terkait dengan perasaan manusia dan mungkin perasaan hewan yang menyebapkan hewan atau manusia sendiri mengagumi apa yang dihadapinnya.[5][9]
2.Konsep Estetika
Konsep estetikanmerupakan konsep-konsep yang berasosiasi dengan istilah yang mengangkat kelengkapan estetika yang mengacu pada deskripsi dan evaluasi mengenai pengalaman-pengalaman yang melibatkan objek suatu kejadian artistik dan estetik.[6][10]
Pada abad ke 18 filosof seperti Edmund Burke dan David Hume berusaha untuk menerangkan konsep estetik. Misalnya keindahan secara empiris dengan cara menghubungkan dengan respon fisik dan pesikologis serta mengelompokannya ke dalam tipe tipe penghayatan indifidual atas objek-objek dan ke jadian-kejadian yang berbeda.Jadi mereka melihat suatu dasar untuifitask objektifit reaksi pribadi.Kant mengatakan bahwa konsep estetik secara esensial bersifat subjektif ialah berakar pada perasaan pribadi mengenai rasa senang dan rasa sakit. Juga mengatakan bahwa konsep itu memiliki objektifitas tertentu dengan dasar bahwa pada dasar estetik murni perasaan sakit dan senang merupakan respon yang yuniversal.[7][11]
3.Prinsip Estetika
Prinsip Estetika yang menjadi bahan pertimbangan ditemukan pada antikuitas Hellenistik secara umum. Prinsip ini dapat diperikan sebagai prinsip bahwa keindahan mengandung ekpresi imajinatif dan sensous mengenai kesatuan yang majemuk.Objek persepsi umumnya dianggap sebagai setandart seni dalam objek persepsi terdapat suatu barisauan yang tidak mungkin dibatasi dalam menghadapi identifikasi keindahan dalam identifikasi keindahan dengan exspresi spiritual yang hanya dapat ditangkap oleh persepsi tingkat tinggi  alam.Dengan kata lain  pengertian yang paling luasa sebagai fungsi seni sangat mudah untuk menyatakan bahwa masalah keindahan hanya nyata dalam kemungkinan yang paling kasar sehingga menghendaki ketidak mampuan total untuk memecahkannya.Artinya bahwa materi presentasi keindahan merupakan sesuatu yang diangkat dari objek persepsi indra tidak menyentuh pertanyaan .[8][12]
Aliran-aliran dalam filsafat estetika merupakan aspek hidup manusia yang lebih banyak menyangkut ranah perasaan manusia dan oleh karena itu lebih bersifat subjektif oleh karena itu persoalan penilaian indah atau tidak indahnya sesuatu tidak dapat diukur  denhan kreteria yang benar-benar baku.Hal ini adalah penyebab terjadinya aliran-aliran dalam penciptaan dalam pemanfaatan karya seni sebagai wujud rasa keindahan. Tentang aliran-aliran seni yang berkembang di masyarakat secara ringkas dapat diulas sebagai berikut.[9][13]
A.Terjadinya aliran atau perbedaan selera tentang estetika atau seni                             menyangkut persoalan reaksi pesikologis pribadi manusia terhadap indah atau tidaknya suatu objek.
B.Tentang dari mana  munculnya keindahan yang terwujud dalam bentuk karya seni ada yang mengatakan bahwa keindahan sebuah karya seni itu muncul dari kebiasaan rasa seni yang dimiliki seseorang tanpa terkait oleh objektifitas yang berasal dari luar manusia.
C.Penilaian keindahan karya seni juga menyangkut pertannyaan apakah indhnya seni itu perlu di tinjau dari kemurnian penciptaannya ataukah yang penting wujud keindahan hasilnya.
D.Perbedaan pendapat juga terjadi  dalam kaitan bagaimana menilai keindahan karya seni dari sudut uang.
E.Perbedaan tentang seni sebagai wujud exspresi keindahan juga terdapat pada persoalan

Makalah Peradaban
A.      Manusia merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara biologis maupun rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik sedangkan secara rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama yang dianutnya. Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap hubungan tersebut harus berjalan selaras dan seimbang. Selain itu manusia juga diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat At-Tiin: 4
B.      Kepada manusia diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan sanggup menguasai alam dan binatang. Awal interaksi sosial manusia, manusia haruslah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat mengalami pembelajaran mengenai ruang lingkup sekelilingnya, sehingga menyebabkan manusia mempunyai rasa ingin tahu dan mereka pun harus mempunyai ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut dapat digunakan dalam kehidupannya yaitu untuk memilih mana yang baik dan mana yang tidak baik, dan mana yang merupakan hak dan mana yang merupakan kewajiban. Sehingga terbentuklah norma-norma dalam masyarakat. Apabila manusia memahami dengan baik ilmu pengetahuan tersebut maka norma-norma akan berjalan dengan harmonis dan seimbang.
C.      Untuk mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut manusia haruslah mendapatkan pendidikan yang layak. Pendidikan sendiri pada masing-masing negara mempunyai sistemnya masing-masing, faktor yang menyebabkan perbedaan itu, salah satunya disebabkan karena kebudayaan pada negara itu sendiri.  Pendidikan yang merupakan hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
D.      Dengan demikian karena hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kualitas manusia pada suatu negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa dan kebudayaan juga merupakan hasil interaksi manusia yang merupakan perwujudan dari karya manusia.

http://sibage.blogspot.co.id/2013/04/makalah-tentang-etika.html
http://catatanelokstn.blogspot.co.id/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://aanganwar26.blogspot.co.id/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html