Makalah Etika
A.
Latar Belakang
Di zaman modern ini, masalah etika di
Indonesia mulai mengalami penurunan. Sebagian besar masyarakat mulai
mengabaikan persoalan erikanya. Terutama etika dalam pergaulan. Hal ini terjadi
di akibatkan masuknya ajaran-ajaran barat yang akhirnya mengikis ada budaya
masyarakat Indonesia secara perlahan-perlahan.
Etika adalah sebuah refleksi kritis dan
rasional mengenai nilai dan norma moral yang menentukan dan terwujud. Nilai
yang terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah, nasihat, wejangan
peraturan, perintah dan semacamnya. Pada dasarnya memberi kita orientasi
bagaimana dan kemana kita harus melangkah dalam hidup ini.
B.
Rumusan Masalah
- Defenisi etika
- Pembagian etika
- Sistematika etika
- Pendapat dan aliran dalam etika
5.
A.
Pengertian Etika
6. Etika
adalah sebuah refleksi kritis dan moral yang menentukan dan terwujud dalam sikp
dan dola perilaku hidup manusia, baik secara pribadi maupun kelompok.
7. Menurut
Magnis Suseno, etika adalah sebuah ilmu dan bukan suatu ajaran.
8. Moralitas
adalah sistem nilai tentang bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai
manusia. Sistem nilai ini terkandung dalam ajaran berbentuk petuah-petuah,
nasihat, wejangan peraturan, perintah dan
semacamnya yang bersifat turun temurun.
9. Jadi
moralitas adalah petunjuk konkrit yang siap pakai tentang bagaimana kita harus
hidup sedangkan etika adalah perwujudan secara kritis dan rasional ajaran moral
yang siap pakai itu.
10. Pada
dasarnya keduanya memberi kita orientasi bagaimana dan kemana kita harus
melangkah dalam hidup ini. Tetapi bedanya moralitas langsung mengatakan “inilah
caranya harus melangkah”, Sedangkan
etika justru mempersoalkan “apakah harus melangkah dengan cara ini dan
mengapa harus dengan cara ini”
B.
Pembagian Etika
Dalam kaitannya dengan nilai dan norma,
kita menemukan 2 macam etika:
v Etika deskriptif, berbicara mengenai
fakta apa adanya, yakni mengenai nilai dan pola prilaku manusia sebagai suatu
fakta yang terkait dengan situasi dan realitas konkrit yang membudaya
v Etika normatif, berbicara mengenai
norma-norma yang menentukan tingkah laku manusia, serta memberi penilaian dan
himbauan kepada manusia untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan
norma-norma.
Perbedaannya adalah etika deskriptif memberi
fakta sebagai dasar untuk mengambil keputusan tentang perilaku dan sikap
yang mau diambil sedangkan etika
normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan kerangka
tindakan yang diputuskan.
Secara umum norma dapat dibedakan
menjadi 2 yaitu:
v Norma khusus, contohnya bermain bola
v Norma umum, terdiri dari:
Ø Norma
sopan santun, contohnya cara bertemu, makan, duduk dan sebagainya
Ø Norma
hukum, lebih tegas dan pasti karena dijamin oleh hukum terhadap para penggarnya
Ø Norma
moral, yakni aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai manusia.
Penilaiannya bukan berdasarkan profesi tetapi manusia yang menjalankan profesi
tertentu.
C.
Sistematika Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi
2 kategori:
v Etika umum, berbicara mengenai
kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia bertindak secara etis, mengambil
keputusan secara etis serta tolak ukur dalam menilai baik buruknya suatu
tindakan.
v Etika khusus, merupakan penerapan prinsip-prinsip
moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Penerapan seperti “bagaiman
saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang kehidupan dan kegiatan
khusus yang lakukan yang didasari olah cara, teori dan prinsip moral dasar”
Ø Etika individual, menyangkut kewajiban
dan sikap manusia terhadap dirinya sendiri
Ø Etika sosial, berbicara mengenai
kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota manusia
Makalah Estetika
1.Pengertian
Estetika
Estetika
adalah bagian dari kajian aksiologi yang secara khusus membicarakan tentang
nilai keindahan.Estetika dengan demikian berarti kajian kefilsafatan tentang
nilai keindahan.[1][5]
Estetika adalah salah satu cabang filsafat yang berkaitan dengan seni.
Secara sederhana diartikan estetika adalah ilmu yang membahas keindahan,
bagaimana ia bisa terbentuk dan bagaimna seseorang bisa merasakan estetika
sebagai sebuah filosofi yang mempelajari nilai-nilai sensoris yang kadang
dinggap sebagai penilaian terhadap sentimen dan rasa.
Estetika merupakan nilai-nilai yang berkaitan dengan kreasi seni dengan pengalaman-pengalaman kita yang berhubungan dengan seni. Hasil-hasil ciptaan seni didasarkan atas prinsip-prinsip yang dapat dikelompokkan sebagai rekayasa, pola, bentuk.
Istilah estetika muncul
pertama kali pada pertengahan abad ke -18, melalui seorang filsuf Jerman,
Alexander Baumgarten. Sang filsuf memasukkan estetika sebagai ranah pengetahuan
sensoris, yaitu pengetahuan rasa yang berbeda dari pengetahuan logika, sebelum
akhirnya ia sampai kepada penggunaan istilah tersebut dalam kaitan persepsi
atas rasa keindahan, khususnya keindahan karya seni. Selanjutnya, Emmanuel Kant
menggunakan istilah tersebut dengan menerapkannya untuk menilai keindahan, baik
yang terdapat dalam karya seni maupun dalam alam secara luas.[2][6]
Estetika berasal dari
kata aistheton atau aisthetikos, yang dalam bahasa Yunani Kuno berarti persepsi
atau kemampuan mencerap sesuatu secara indrawi. Menurut plato, keindahan adalah
realitas yang sebenarnya dan tidak pernah berubah-ubah. Bagi Plato , keindahan
itu merupakan pancaran akal ilahi. Bila yang hakikat ilahi itu menyatakan
dirinya atau memancarkan sinarnya pada, atau dalam realitas penuh, maka itulah
keindahan.
Menurut Kant, keindahan itu merupakan sifat
obyek bukan terletak pada subyek. [3][7]
Estetika adalah
nilai-nilai indah dan jeleknya sesuatu. Perasaan estetis disebut pula sebagai
perasaan keindahan. Perasaan keindahan ini biasa terungkap dalam seni, namun
ada pula yang mengendap dalam diri menjadi cinta tanpa pamrih.
Selanjutnya, nilai baik sebanding
dengan nilai indah, tetapi kata” indah” lebih sering dikenakan pada seni,
sedangkan “baik” pada perbuatan. Di dalam kehidupan, indah lebih berpengaruh
ketimbang baik. Orang lebih tertarik pada rupa ketimbang pada tingkah laku.
Orang yang tingkah lakunya baik(etika), tetapi kurang indah(estetika), akan
dipilih belakangan, yang dipilih lebih dulu adalah orang yang indah, sekalipun
kurang baik.[4][8]
Filsafat Estetika,
kalau logika merupakan bentuk kemampuan manusia untuk dapat membedakan antara
sesuatu yang benar dan tidak benar dan
etika merupakan kemampuan manusia untuk membedakan perilaku yang baik dan yang
tidak baik maka adalagi kemampuan manusia untuk membedakan sesuatu yang indah
dan sesuatu yang tidak indah.Keindahan terkait dengan perasaan manusia dan
mungkin perasaan hewan yang menyebapkan hewan atau manusia sendiri mengagumi
apa yang dihadapinnya.[5][9]
2.Konsep Estetika
Konsep
estetikanmerupakan konsep-konsep yang berasosiasi dengan istilah yang
mengangkat kelengkapan estetika yang mengacu pada deskripsi dan evaluasi mengenai
pengalaman-pengalaman yang melibatkan objek suatu kejadian artistik dan
estetik.[6][10]
Pada abad ke 18
filosof seperti Edmund Burke dan David Hume berusaha untuk menerangkan konsep
estetik. Misalnya keindahan secara empiris dengan cara menghubungkan dengan
respon fisik dan pesikologis serta mengelompokannya ke dalam tipe tipe
penghayatan indifidual atas objek-objek dan ke jadian-kejadian yang
berbeda.Jadi mereka melihat suatu dasar untuifitask objektifit reaksi
pribadi.Kant mengatakan bahwa konsep estetik secara esensial bersifat subjektif
ialah berakar pada perasaan pribadi mengenai rasa senang dan rasa sakit. Juga
mengatakan bahwa konsep itu memiliki objektifitas tertentu dengan dasar bahwa
pada dasar estetik murni perasaan sakit dan senang merupakan respon yang
yuniversal.[7][11]
3.Prinsip
Estetika
Prinsip Estetika yang
menjadi bahan pertimbangan ditemukan pada antikuitas Hellenistik secara umum.
Prinsip ini dapat diperikan sebagai prinsip bahwa keindahan mengandung ekpresi
imajinatif dan sensous mengenai kesatuan yang majemuk.Objek persepsi umumnya
dianggap sebagai setandart seni dalam objek persepsi terdapat suatu barisauan
yang tidak mungkin dibatasi dalam menghadapi identifikasi keindahan dalam
identifikasi keindahan dengan exspresi spiritual yang hanya dapat ditangkap
oleh persepsi tingkat tinggi alam.Dengan
kata lain pengertian yang paling luasa
sebagai fungsi seni sangat mudah untuk menyatakan bahwa masalah keindahan hanya
nyata dalam kemungkinan yang paling kasar sehingga menghendaki ketidak mampuan
total untuk memecahkannya.Artinya bahwa materi presentasi keindahan merupakan
sesuatu yang diangkat dari objek persepsi indra tidak menyentuh pertanyaan .[8][12]
Aliran-aliran dalam
filsafat estetika merupakan aspek hidup manusia yang lebih banyak menyangkut
ranah perasaan manusia dan oleh karena itu lebih bersifat subjektif oleh karena
itu persoalan penilaian indah atau tidak indahnya sesuatu tidak dapat
diukur denhan kreteria yang benar-benar
baku.Hal ini adalah penyebab terjadinya aliran-aliran dalam penciptaan dalam
pemanfaatan karya seni sebagai wujud rasa keindahan. Tentang aliran-aliran seni
yang berkembang di masyarakat secara ringkas dapat diulas sebagai berikut.[9][13]
A.Terjadinya aliran atau perbedaan selera tentang
estetika atau seni
menyangkut persoalan reaksi pesikologis pribadi manusia terhadap indah
atau tidaknya suatu objek.
B.Tentang dari mana
munculnya keindahan yang terwujud dalam bentuk karya seni ada yang
mengatakan bahwa keindahan sebuah karya seni itu muncul dari kebiasaan rasa
seni yang dimiliki seseorang tanpa terkait oleh objektifitas yang berasal dari
luar manusia.
C.Penilaian keindahan karya seni juga menyangkut
pertannyaan apakah indhnya seni itu perlu di tinjau dari kemurnian penciptaannya
ataukah yang penting wujud keindahan hasilnya.
D.Perbedaan pendapat juga terjadi dalam kaitan bagaimana menilai keindahan
karya seni dari sudut uang.
E.Perbedaan tentang seni sebagai wujud exspresi
keindahan juga terdapat pada persoalan
Makalah Peradaban
A.
Manusia
merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sebagai khalifah dibumi dengan dibekali
akal pikiran untuk berkarya dimuka bumi. Manusia memiliki perbedaan baik secara
biologis maupun rohani. Secara biologis umumnya manusia dibedakan secara fisik
sedangkan secara rohani manusia dibedakan berdasarkan kepercayaannya atau agama
yang dianutnya. Kehidupan manusia sendiri sangatlah komplek, begitu pula
hubungan yang terjadi pada manusia sangatlah luas. Hubungan tersebut dapat
terjadi antara manusia dengan manusia, manusia dengan alam, manusia dengan
makhluk hidup yang ada di alam, dan manusia dengan Sang Pencipta. Setiap
hubungan tersebut harus berjalan selaras dan seimbang. Selain itu manusia juga
diciptakan dengan sesempurna penciptaan, dengan sebaik-baik bentuk yang
dimiliki. Hal ini diisyaratkan dalam surat At-Tiin: 4
B.
Kepada
manusia diberikan-Nya akal dan dipersiapkan untuk menerima bermacam-macam ilmu
pengetahuan dan kepandaian; sehingga dapat berkreasi (berdaya cipta) dan
sanggup menguasai alam dan binatang. Awal interaksi sosial manusia, manusia
haruslah bersosialisasi dengan lingkungan sekitarnya agar manusia dapat
mengalami pembelajaran mengenai ruang lingkup sekelilingnya, sehingga
menyebabkan manusia mempunyai rasa ingin tahu dan mereka pun harus mempunyai
ilmu pengetahuan yang berlandaskan ketuhanan. Karena dengan ilmu tersebut dapat
digunakan dalam kehidupannya yaitu untuk memilih mana yang baik dan mana yang
tidak baik, dan mana yang merupakan hak dan mana yang merupakan kewajiban.
Sehingga terbentuklah norma-norma dalam masyarakat. Apabila manusia memahami
dengan baik ilmu pengetahuan tersebut maka norma-norma akan berjalan dengan
harmonis dan seimbang.
C.
Untuk
mendapatkan ilmu pengetahuan tersebut manusia haruslah mendapatkan pendidikan
yang layak. Pendidikan sendiri pada masing-masing negara mempunyai sistemnya
masing-masing, faktor yang menyebabkan perbedaan itu, salah satunya disebabkan
karena kebudayaan pada negara itu sendiri. Pendidikan yang merupakan
hasil kebudayaan haruslah dipandang sebagai “motivator” terwujudnya kebudayaan
yang tinggi. Selain itu pendidikan haruslah memberikan kontribusi terhadap
kebudayaan, agar kebudayaan yang dihasilkan memberi nilai manfaat bagi manusia
itu sendiri khususnya maupun bagi bangsa pada umumnya.
D.
Dengan
demikian karena hal tersebut, dapat dikatakan bahwa kualitas manusia pada suatu
negara akan menentukan kualitas kebudayaan dari suatu negara tersebut, begitu
pula pendidikan yang tinggi akan menghasilkan kebudayaan yang tinggi. Karena
kebudayaan adalah hasil dari pendidikan suatu bangsa dan kebudayaan juga
merupakan hasil interaksi manusia yang merupakan perwujudan dari karya manusia.
http://sibage.blogspot.co.id/2013/04/makalah-tentang-etika.html
http://catatanelokstn.blogspot.co.id/2014/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html
http://aanganwar26.blogspot.co.id/2015/06/v-behaviorurldefaultvmlo.html