BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian Etika dan Tanggung Jawab Sosial
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman
berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaan atau berusaha. Etika
bisnis sangat penting untuk mempertahankan loyalitas stakeholder dalam membuat
keputusan-keputusan perusahaan dan dalam memecahkan persoalan perusahaan.
Sistem bisnis beroperasi dalam suatu lingkungan dimana perilaku etis,
tanggungjawab social, peraturan pemerintah dan perundangan saling berkaitan
satu sama lain.
Stakeholder Etika dalam bisnis diantaranya sebagai berikut:
a) Konsumen; konsumen berkepentingan
terhadap perilaku etis perusahaan berhubungan dengan produk.
b) Karyawan; merupakan sumber ekonomi
perusahaan yang penting.
c) Investor penanam modal ;
berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang dinvestasikan dalam
kegiatan usaha perusahaan
d) Pemilik dan manajemen; berkepentingan
menjalankan kegiatan manfaat kepada pemilik , manajemen serta stakeholder.
e) Pemasokbahan-bahan; pemasok
berkepentingan terhadap perilaku etis berbubungan dengan kemampuan perusahaan
dalam memberikan kelancaran hubungan dengan pemasok.
f)
Organisasi pekerja; berkepentingan
terhadap kemampuan perusahaan untuk menjamin atau memenuhi kewajiban untuk
kehidupan para karyawan.
g) Pemerintah yang mengatur kelancaran
aktivitas usaha; pemerintah dalam mengatur kelancaran usaha melalui
berbagai kebijakan.
h) Bank penyandang dana perusahaan atau
kreditur; bank maupun kreditur merupakan sumberdana bagi kelancaran usaha
perusahaan.\
i)
Investor penanam modal;
berkepentingan terhadap jaminan pengembalian dana yang didinvestasikan dalam
kegiatan perusahaan
j)
Masyarakat; merupakan pihak yang
mengamati kehidupan perusahaan dan adakalanya memperngaruhi bisnis.
k) Kelompok khusus atau mitra usaha;
merupakan relasi usaha yang dapat bekerjasama dalam kegiatan operasional perusahaan.
Salah satu paham mengenai bisnis umum adalah kontradiksi
antara etika, tanggungjawab social dan laba. Seperti yang dikatakan pendiri
bisnis , “sangat mungkin untuk menjadikan hidup layak tanpa membahayakan
integritas perusahaan, perseorangan dan lingkungan.” ( Hodgeett & Kuratko,
1991). Manfaat perusahaan berprilaku etis adalah:
1) Suatu perusahaan akan terhindar dari
seluruh pengaruh yang merusak berkaitan dengan reputasi.
2) Kerangka kerja yang kokoh memandu
para manajer dan karyawan perusahaan sewaktu berhadapan dengan rumitnya
pekerjaan dan tantangan jaringan kerja perusahaan yang semakin komplek.
3) Perusahaan yang etis dan memiliki
tanggung jawab social mendapatkan rasa hormat dari stakeholder.
4) Banyak perusahaan yang menerapkan
perilaku etis dan tanggung jawab sosial dapat menambah uang dalam bisnis
mereka.
Secara logika ekonomi (pencarian laba) mendominasi dalam
pengambilan keputusan bisnis, tetapi konsekuensi tersebut juga memiliki
konsekuensi terhadap kemanusiaan (pekerja, supplier, konsumen, maupun kehidupan
sosial). konsekuansi pengambilan keputusan tersebut akan menentukan eksistensi
perusahaan kedepan. Keputusan etika yang tepat sesuai dengan keinginan
perusahaan dan stakeholder akan memberikan beberapa keuntungan sepertiimage
yang baik, reputasi disamping laba dalam jangka panjang ( Hunger &
Whellen,2000; Cullen, John,2005).
2.2
Dilema Etika Dalam Manajemen
Etika muncul disebabkan oleh banyak faktor, antara lain: (
Hunger & Whellen, 2000: Kuratko & Hodgetts, 2007).
1) Perbedaan norma dan nilai budaya
yang berbeda untuk setiap Negara, bahkan secara geografis maupun etnis.
2) Tahap perkembangan nilai
universal,yakni perkembangan moral yang terbentuk dari keinginan pribadi untuk
memperhatikan nilai univerasal. Perkembangan moral individu berjalan melalui
tahap preconvetional, conventional, sampai tahap principle
3) Nilai-nilai individu dalam praktik
manajemenperusahan, baik manjemen puncak maupun stakeholder.
4) Tantangan kuatnyamashabrelativisme moral
yang mengatakan bahwa moral bersifat relative pada pribadi, sosial dan budaya.
Studi empiris Shailendra, et . al, (1997), menmukan empat
faktor dilemma etika diantaranya: conflict of interest , personality traits,
social responsibility to stakeholder dan level of openness.
Hunger & Whellen, (2000) member solusi pendekatan dasar
yang dapat digunakan sebagai titik awal pertimbangan pengambilan keputusan
etika adalah:
1) Pendekatan Utilitarian
2) Pendekatan hak individu
3) Pendekatan keadilan
2.3 Filosofi etika dan tanggungjawab
sosial
Etika adalah tatanan nilai moral dan standar perilaku yang
membentuk dasar bagi orang-orang dalam suatu organisasi sewaktu mereka membuat
keputusan dan berinteraksi dengan pihak stakeholder dalam perusahaan.
Tujuan etika adalah untuk memungkinkan individu membuat
berbagai pilihan di antara perilaku alternatif.
Banyak praktek manajemen perusahaan yang dengan mudah
mendapatkan masalah dalam tindakan tidak etis dan ilegal, yang sampai sekarang
masih dipertanyakan dan menjadi bahan kajian antara lain (Cavanagh dalam Hunger
& Whellen, 2000)
1. Kelalaian praktek manajemen pada
tenaga nuklir, persenjataan dan pabrik bahan kimia serta limbah industri.
2. Menolak memberikan perlindungan, pinjaman
kepada minoritas.
3. Pembuangan limbah yang tidak pada
tempatnya.
4. Produk dan penjualan produk rusak.
5. Keselamatan kerja dan kejahatan
ekonomi sosial.
6. Diskriminasi dalam sex, ras, suku.
Dari sudut pandang strategi, suatu perusahaan wajib
mempertimbangkan tanggungjawab sosial di mana bisnis menjadi bagiannya. Argumen
yang berkaitan dengan perilaku manajemen perusahaan dalam etika dan
tanggungjawab sosial adalah Hunger & Whellen (2000):
1. Moralitas
2. Pemurnian kepentingan diri sendiri
3. Teori investasi
4. Mempertahankan ekonomi
Beberapa ranah etika dan tanggungjawab sosial yang dapat
dijadikan landasan dalam melakuakan kegiatan secara etis dan tanggungjawab agar
mampu diterima di area bisnis nasional maupun multinasional harus patuh pada
beberapa hal, sebagai berikut:
1. Konsumen, penyediaan produk dan
aman, memberikan harga produk yang wajar, serta kemudahan konsumen mendapatkan informasi
terhadap produk yang dikonsusi. Menurut Zimmerer (1986), beberapa hak pelnggan
di antaranya hak keamanan, hak untuk mengetahui, hak untuk di dengar, hak untuk
pendidikan, hak untuk memilih.
2. Penanaman modal, perusahaan memiliki
kewajiban dalam menyediakan pengambilan investasi investor yang menarik dengan
memaksimumkan laba perusahaan.
3. Tenaga kerja, perusahaan
bertanggungjawab terhadap karyawan mulai dariperencanaan, perekrutan,
pengajian, orientasi, penempatan keselamatan kerja serta kesejahteraan.
4. Wilayah usaha, menjaga perubahan
politik lokal dan transfer teknologi. Memiliki efek negatif yang minimal
terhadap ekonomi dan kebijakan lokal. Melkukan bisnis sesuai dengan hukum.
5. Sosial umum, menjaga kelestarian
lingkungan, perlindungan kepentingan masyarakat umum.
Tanggungjawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan
sebagai integral guna kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan
tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko (1990) secara lebih spesifiks
memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik bisnis yang
baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan, produk maupun
jasa serta komunitas.
David Mc Clelland (1961) dalam Zimerrer & Scarborough
(1998)memberikan solusi awal uji etika untuk menilai perilaku. Beberapa uji
etika yang menilai perilaku:
a.
Prinsip berfaedah. Memilih kebaikan
yang terbesar untuk jumlah orang banyak.
b.
Kan’s categorical imperative.
Bertindak sedemikian rupa sehingga tindakan yang di ambil menjadi hukum
universal
c.
Golden rules. Perlakuan orang
sebagaimana Anda mengharapkan mereka memperlakukan Anda.
d. Uji televisi. Apaka kolega nyaman
untuk menjelaskan tindakan pada pemirsa televisi secara nasional.
e.
Uji tandingan. Digunakan untuk
memilih yang terbaik dan universal.
2.5 Keputusan Etika dan Tanggung Jawab
Sosial
Dalam pengambilan keputusan etika banyak model dapat digunakan untuk membuat
keputusan etika, apakah perilaku dalam praktik nantinya etis atau tidak etis.
Zimmmerer (1996) memberikan prinsip-prinsip umum etika yang mengarahkan
perilaku, yaitu :
1. Kejujuran. Pengusaha harus memiliki
prinsip penuh kepercayaan, bersikap jujur, tidak melakukan kecurangan, tidak
berbohong,tidak mencuri.
2. Integritas. Memegang prinsip
kebenaran, melakukan kegiatan dengan terhormat, berani dan penuh pendirian.
3. Memelihara janji. Pengusaha yang
baik selalu memegang janji, mentaati janji, penuh komitmen dan dapat dipercaya.
4. Kesetiaan. Hemat dan loyal kepada
keluarga, perusahaan, bangsa dan negara. Mampu memegang rahasia dan melakukan
kegiatan secara tepat dalam konteks profsional.
5. Keadilan. Berlaku adil dan berbudi
luhur, bersedia mengakui kesalahan dan kebaikan orang lain, toleransi terhadap
keberagaman.
6. Suka membantu orang. Saling
membantu, suka menolong, memiliki belas kasihan terhadap orang lain maupun
masyarakat.
7. Hormat kepada orang lain. Menghormati
martabat orng lain, menghormati hak dan kebebasan orang lain.
8. Kewarganegaraan yang bertanggung
jawab. Berlaku sebagai warga negara yang baik, mentaati aturan agama, negara,
penuh kesadaran sosial.
9. Mengejar keunggulan. Melakuakan
kegiatan dengan baik sesuai kemampuan dan kompetensi. Mengejar keunggulan dalam
segala hal dan penuh komitmen.
10. Dapat dipertanggung jawabkan. Segala
kegiatan atau aktivirtas dapat dipertanggungjawabkan secara moral, legal
formal.
Michael Bonner, et.al.,(1987) memunculkan model proses
pengambilan keputusan etika dengan memasukkan elemen sumber daya perusahaan dan
lingkungan eksteren bagi penentu perilaku etis. Beberapa elemen tersebut adalah
lingkungan kerja, lingkungan pemerintah dan legal formal, lingkungan sosial,
profesional, personal dan atribut individu.
Dalam aplikasi, pengambilan keputusan etika
mempergunakan rantai keputusan konsep overwhelming factor ( faktor yang
menekan/situasional), yang pada situasi tertentu membenarkan tindakan mengesampingkan
salah satu atau beberapa elemen tersebut.
Disini kebijakan manajer berperan. Jika pada suatu
situasimuncul faktor penekan, maka aturan yang digunakan adalah prinsip efek
ganda. Jika alternatif yang dipilih dimaksudkan untuk memaksimumkan akibat yang
baik dan meminimumkan akibat yang jelek, maka menajer perusahaan yang membuat
keputusan memiliki kecenderungan mendapat simpati, jika keputusan tersebut
dipermasalahkan secara legal formal ( Donaldson, Thomas, 1989; Bonner, et.al,.
1987: William, 1991)
Cullen , B. John (2005:129) memberikan model alur analisis
pengambilan keputusan etika perusahaan secara lebih rinci, sebagai berikut :
1. Analisis ekonomi (economic
analysis). Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui kemampuan bisnis dalam
mendatangkan profit sebagai bentuk tanggung jawab ekonomi kepada stakeholder.
2. Analisis legal (legal analysis).
Analisis legal fokus pada kesesuaian operasional perusahaan (rules of the
games) dengan legalitas formal antar Negara (host or home country law).
3. Analisis etika organisasi
(organizational ethical analysis). Analisis etika organisasi digunakan untuk
kesesuaian budaya organisasi perusahaan dengan etika yang diterapkan.
4. Analisis sensitivitas budaya
(cultural sensitivity analysis). Analisis sensitivitas budaya digunakan untuk
kesesuaian etika dengan budaya local di mana perusahaan beroperasi.
5. Analisis personal (personal
analysis). Dan analisis personal focus pada kesesuaian dengan moral dan
kepercyaan personal stakeholder.
Tantangan perkembangan lingkungan dan respon yang cepat dari
masyarakat akan peran serta perusahaan terhadap kehidupan social,mengharuskan
perusahaan cepat aktif dalam aktifitas tanggung jawab social. Hawken dan
McDonough (1993) dalam Koratko and
Hodgetts (2007)memberikan langkah awal secara praktis dan
strategis guna kepekaan terhadap tanggung jawab social. Enam langkah menuju
bisnis yang baik (seven step to doing good bussines):
1. Melakukan efesiensi dengan
pemotongan biaya yang tidak perlu (eliminate the concept of waste).
2. Memperbaiki system pertanggung
jawaban (restore accountability).
3. Produk yang dihasilkan mereflesikan
biaya yang dikeluarkan (make prices reflect cost).
2.6 Standar etika perusahaan
1. Ciptakan
kepercayaan perusahaan. Pengusaha menciptakan norma atau kepercayaan dan
tanggung jawab etikanya.
2. Kembangkan
kode etik. Membuat pernyataan tertulis mengenai standar prilaku dan prinsip
etis atau di kenal dengan dengan kode etik yang di harapkan mampu memberikan
perilaku standar minimal yang di harapkan dari manajemen. Kode etik
memuat jenis perilaku yang di harapkan dan memberikan kongkrit di perusahaan
bagaimana berprilaku secara etis setiap hari dalam perusahaan.
3. Menjalankan
kode etik secara adil dan konsisten. Pihak manajemen harus menjalankan perilaku
etis setiap hari dan manajer wajib memberikan hukuman apabila ada yang
melanggar kode etik tersebut.
4. Mempekerjakan
orang yang tepat. Perilaku etis yang diharapkan tergantung perseorangan yang di
sertai nilai moral yang tinggi membantu pencapaian perilaku yang etis.
5. Adakan
pelatihan etika. Membangun dan mempertahankan standar etika. Program pelatihan
akan menimbulkan kepedulian perilaku etis dan meningkatkan sistem nilai
perusahaan.
6. Lakukan
audit etika secara periodik. Melakukan penilaian secara periodik terhadap
pelaksanaan etika perusahaan.
7. Pertahankan
standar yang tinggi tentang tingkah laku etis
8. Pemimpin
memberikan contoh perilaku etis setiap saat sehingga merupakan tolak ukur
perilaku bawahan.
9. Ciptakan
budaya yang menekankan komunikasi dua arah. Karyawan diberikan kesempatan
memberikan respon, tanggapan, melaporkan kepada atasan yang tidak etis.
Sedangkan pemimpin memberikan keleluasaan kepada bawahan untuk merespon
pelaksanaan perilaku etika tersebut
10. Libatkan
karyawan dalam mempertahankan standar etika. Bawahan dilibatkan dalam
perancangan dan implementasi etika dalam perusahaan. Bawahan diberikan
kesempatan untuk menawarkan umpan balik mengenai standar etika yang ditetapkan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha
berdasarkan nilai-nilai moral dan norma yang dijadikan tuntutan dan pedoman
berperilaku dalam menjalankan kegiatan perusahaan atau berusaha.
Tanggungjawab sosial bisnis merupakan aktivitas perusahaan
sebagai integral guna kelangsungan hidup perusahaan. Identifikasi dan
tanggungjawab sosial Hodgetts & Kuratko (1990) secara lebih spesifiks
memasukan tanggungjawab terhadap lingkungan, energi, praktik bisnis yang
baik/adil, tanggungjawab terhadap tenaga kerja dan kemanusiaan,
3.2 Saran
Semoga makalah ini dapat membentu seseorang dalam mengawali
kegiatan berbisnis yang sesuai dengan etika berusaha dan tanggungjawab sosial,
sehingga bisnisnya dapat berjalan dengan baik dan lancar.